Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Erosi adalah suatu proses pengelupasan dan pemindahan partikel-partikel tanah atau batuan akibat energi kinetis berupa air, salju, angin.
Sedimentasi adalah jumlah material tanah berupa kadar lumpur dalam air oleh aliran air sungai yang berasal dari proses erosi di daerah hulu, yang diendapkan pada suatu daerah di hilir dimana kecepatan pengendapan butir-butir material suspensi telah lebih kecil dari kecepatan angkutnya.
Kerusakan lingkungan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Erosi dapat disebabkan oleh:
- angin;
- air.
Daerah yang peka terhadap erosi angin antara lain pantai pasir, daerah semi kering/kering (Nusa Tenggara), atau pada lahan tambang yang dibuka sangat luas.
Dampak utama dari erosi angin antara lain:
- Penurunan produktivitas lahan;
- Gangguan debu; dan
- Terjadinya endapan debu pada selokan, kanan kiri jalan, pagar dan bangunan-bangunan.
Sebelum tanaman berfungsi dilakukan tindakan :
- Menggunakan mulsa sebagai penutup lahan;
- Membuat kondisi tanah tahan terhadap erosi dengan cara membiarkan tanah tetap menggumpal, membasahi permukaan tanah dan membuat lekukan-lekukan tanah; dan
- Mengurangi kecepatan angin dengan membuat pemecah angin.
Dalam penempatan dan pemilihan pemecah angin harus dipertimbangkan faktor-faktor :
- Arah angin erosive.
- Tinggi dan jarak tanam.
- Permeabilitas atau kelolosan angin (paling tinggi 40 %).
- Kontinuitas dan panjang pemecah angin dan turbulensi pada daerah yang akan direklamasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah curah hujan, kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tataguna lahan (perlakuan terhadap lahan) dan tanaman penutup tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi air antara lain:
1. Meminimalisasikan areal terganggu.
- Membuat rencana detail kegiatan penggunaan lahan tambang dan reklamasi;
- Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan pengembangan;
- Penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penggunaan lahan tambang;
- Pengawasan yang ketat pelaksanaan penebangan pepohonan.
- Pembuatan teras;
- Pembuatan saluran diversi/pengelak (saluran yang sejajar garis kontur);
- Pembuatan Saluran Pembuangan Air (SPA)
- Pembuatan rorak/saluran buntu berupa lubang-lubang atau saluran buntu yang dibuat di antara tanaman pokok untuk menampung air dan meresapkannya ke dalam tanah
- Penggaruan tanah searah kontur. Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat sebagai media perakaran tanaman.
- Untuk menampung sedimen akibat erosi yang terjadi dapat dibuat dam penahan atau dam pengendali
- Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan sebaiknya sedimen dikeruk dan dapat dipakai sebagai lapisan tanah atas.
- Untuk memperkecil erosi terutama pada saat baru selesai penataan lahan dapat dilakukan melalui kegiatan penanaman cover crop (tanaman penutup).
- Pada lahan yang relatif datar penanaman cover crop dapat dilakukan secara manual, sedangkan pada lahan yang mempunyai kelerengan sedikit terjal dapat dilakukan penanaman cover crop dengan menggunakan hydroseeding.
- Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang dilengkapi saluran pengelak.
- Letak bendungan ditempatkan sedemikian rupa sehingga air larian mudah ditampung dan dibelokkan serta kemiringan saluran air jangan terlalu curam.
- Dalam membuat bendungan permanen sebaiknya dilengkapi dengan saluran pelimpah (spillways), pipa pembuangan (out let), dan lain-lain yang dianggap perlu.
0 komentar:
Posting Komentar